Friday, April 19, 2019

Hai!

Seperti pretitle di atas, aku mau nulis, basing (red: terserah), suka-suka aku. Setelah kurang lebih tiga tahun dari tulisan terakhir yang ada di blog ini, sejujurnya aku bingung juga sih harus mempublish tulisan yang bagaimana dulu. Hehe. Kurun waktu tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar, aku paham. Banyak sekali hal yang aku lalui. Jatuh—bangun, sedih—senang, dan perasaan-perasaan kacau lainnya. Dan gaya menulisku juga semakin kacau, berantakan. Dan pelan-pelan aku akan mencoba melatih kembali cara menulis dan nalar ku yang semakin tua malah semakin kurang terpakai (hehe).

Tahun lalu, 2018. Merupakan tahun yang cukup berat untuk ku. Tahun dimana aku selalu terburu-buru. Terburu-buru mengambil keputusan dan terburu-buru menginginkan sesuatu yang padahal belum tentu baik. Tahun dimana aku merasakan tekanan besar yang menghantamku. Tahun dimana aku mulai kehilangan teman-temanku secara perlahan. Seleksi alam yang cukup ketat. Aku dengan kesibukanku, dan teman-temanku dengan kesibukannya masing-masing. Memang tidak begitu tiba-tiba, semua melalui proses dan tahapan yang  dirasakan orang lain juga. Satu per satu menjauh lalu menghilang. Menjejaki jalannya masing-masing. Sampai akhirnya, kini, aku pun berpaling.

Dari teman yang tadinya memiliki cerita yang selalu ia bagi, tidak ada yang aku tidak tahu darinya, pun sebaliknya, tidak ada yang dia tidak tahu tentangku. Hingga kini kami hanya bisa saling lihat status saja, tanpa basa-basi atau sekedar sapa. Cerita-cerita kesehariannya yang sudah dibagi pada orang yang bukan aku, dan aku hanya bisa menulis dan mencatat segala keluh kesah ku jika aku tidak punya tempat untuk berbagi lagi. Duniaku berputar sembilan puluh derajat. Sebab aku masih punya ibu yang sedia mendengar ocehanku yang berisik ini, hehe.

Tapi, manusia datang dan pergi. Berubah dan tumbuh. Membentuk karakter diri dan mencari kebahagiaannya sendiri. Tidak ada yang menetap selamanya, semua pasti berubah, berpindah dan dewasa. Aku pun terseok, lalu takdir membawaku pada sebuah lingkungan baru. Tempat dimana aku mencari rezeki dan dikelilingi orang-orang baik, tempat dimana aku bisa kembali menemukan keceriaan dan kebahagiaan yang sempat aku tutupi, tempat dimana aku bertemu orang asing yang nyatanya asik, juga tempat di mana aku ditempa untuk menjadi lebih mandiri. Di sini, aku menemukan sebuah kehangatan, yang tidak aku dapatkan di tempat sebelumnya. Yang belum tentu aku dapatkan dari tempat yang lain. Semoga, suatu saat, jika harus berpencar, aku, kamu, kita semua, tidak melupakan kebersamaan (yang cukup) singkat ini.

Tulisanku ini hanya permulaan, awal aku akan membentuk jati diriku.
Terima kasih untuk kalian, yang pernah singgah, dan yang sedia tinggal.

Thank you💕
Beberapa dari mereka memberi support, beberapa dari mereka tahu bagaimana aku tumbuh dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik, beberapa mengajarkan, beberapa menjadi teman cerita, yang lainnya ikut melihat, tahu dan meramaikan, bagian yang cukup penting, tapi tidak dominan, sama seperti warna-warni dalam foto ini. Terima kasih untuk yang datang dan pergi, terima kasih telah menerima dengan baik, terima kasih untuk tetap sama, meski waktu mengubah kita semua.


Sunday, April 7, 2019

Dalam Sebuah Misi

Kekalutanku ialah dia, setangkai dandelion yang ku genggam dan ku bawa pada kebun lapang
Tidak perduli sekeras apapun usahaku menjaga, pada akhirnya dia akan berkelana
Menyusuri arah yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya
Membiarkan angin membawanya pergi tanpa pernah tau arah untuk kembali

Ia memperkenalkan diri sebagai kerapuhan
Tubuh itu merelakan benihnya terbang, pergi tanpa beban
Mengawang hingga ke angkasa
Sesekali menari menuruti irama angin membawanya
Hingga ia menuntun ku datang dengan kegembiraan
Layaknya binar mata para bocah yang bahagia mendapat bingkisan
Seperti itulah aku melihat mu dalam keramaian
Dandelion adalah saksi, aku dan kamu, kita abadi
Pada dimensi yang lain
Pict source: pinterest.

Sunday, February 14, 2016

Seseorang..

Seseorang yang kesepian, ia yang memeluk bayangannya erat-erat.
Mencoba menepis kenyataan bahwa ia tidak memiliki seseorang yang benar-benar menganggapnya berarti.
Bahwa tidak ada seorang pun yang benar-benar mengerti.
Dia hanya mengeraskan hatinya untuk melatih rasa sosialnya.
Melatih rasa iba nya.
Belajar tidak perduli dari keadaan.

Perihnya menahan itu semua membuatnya mengerti.
Bahwa sendiri adalah lebih baik.
Daripada bersama tapi akhirnya menyudahi.

Seseorang itu, tidak mengerti.
Apa sepasang teman yang tak pernah berjanji untuk saling menemani.
Pada akhirnya akan terus menemani sampai ajal menyudahi.
Atau hanya pelan-pelan saling memunggungi untuk berpisah tanpa permisi.

Seseorang itu kini mulai mengerti.
Lebih baik berteman lalu pergi.
Daripada mengikat komitmen tetapi menyudahi.
Walaupun sama-sama terasa perih.
Setidaknya teman tidak terasa begitu nyeri.

Mengapa seseorang lebih bertahan kepada seseorang yang tidak pernah mencintainya?

Aku, masih disini menghuni ruang kosong yang aku sebut dengan "kelak".
Aku, masih setia kepada Tuan penyuka puisi dan aksara-aksara diatas putih.
Aku, masih mengamini semua bahagiamu meskipun itu bukan aku.
Aku, tak apa tidak pernah kau tengok disini.

Ah, mencintai seseorang yang tidak pernah mencintaiku.
Selalu seperti itu, sampai nanti aku lelah dan mengubur rasaku, barulah Tuhan mendatangkan kamu lagi dalam kehidupanku, saat aku sudah tidak sama sekali memiliki rasa untukmu.
Selucu itu Tuhan mempermainkan rasaku.
Aku nyaris tidak mengerti, apakah Tuhan selalu seperti ini kepada hambanya?

Aksara, aku lelah mencintai.
Aku ingin berhenti, menutup hati, kepada siapapun nanti.
Karna hasilnya juga akan nihil.
Aku ingin sekali menghapus semua cinta yang aku punya.
Tapi kau tahu, cinta itu anugrah, tak semua manusia memiliki cinta, ada beberapa hambanya yang tidak memiliki rasa itu.
Dan aku tak pernah bisa menghapuskannya.
Aku tersiksa, aku sekarat dalam cinta yang aku buat kepada insan.

Kepada kamu, Tuan pecinta puisi dan warna darah.
Maaf telah lancang mencintaimu.
Maaf telah lancang menuliskanmu.
Maaf telah lancang bahkan selalu lancang menertawakanmu.
Bukan itu maksudku, maksudku adalah tertawa bersamamu, bukan menertawakanmu.
Tapi aku cukup wajar dengan arti itu, aku hanya perempuan asing yang tiba-tiba datang menyapamu, basa-basi mencari bahan obrolan denganmu, hingga mencari perhatian darimu.
Ah, entahlah, idiot ini sedang jatuh cinta, namun tidak tahu cara menunjukkannya agar dirimu paham.
Bahwa aku disini "jatuh", menyisakan cairan berwarna merah segar kerana mengejarmu yang selalu berlari, gemar menjauh dan meninggalkan aku sendiri terpuruk bersama aksara-aksara ini.
Semua ini adalah tentangmu. Kecuali beberapa yang tidak ada kata Tuan dan tentang Cinta ku untukmu.
Tuan yang membuatku melupakan masa lalu, bahkan setelah masa lalu itu datang kembali dan memberiku beberapa cinta, aku masih belum bisa meninggalkanmu.
Terimakasihku akan sangat besar ku rasa, karna dirimu yang telah membuatku lupa bahwa aku memiliki masa lalu.
Bahkan demi dirimu, aku rela meninggalkannya.
Tapi apa yang ku dapat? Tidak. Aku tidak mendapatkan apa apa.
Dan aku tersadar bahwa idiot ini sudah salah menilai dirimu, kamu bahkan menjauh Tuan. Kamu bahkan tak melirikku lagi. Apa aku selalu terlihat menjijikan dimatamu?
Ketahuilah, aku tidak bercanda.
Aku jujur.
Aku mencintaimu.

Entah harus aku apakan rasa ini, ku biarkan tumbuh tanpa alasan atau harus aku bunuh kemudian ku kuburkan seperti dulu pernah aku lakukan kepada masa lalu.
Kali ini aksara ini akan panjang ku rasa.
Mungkin ini adalah kali terakhir aku menuliskanmu, dan menuliskan seseorang dalan halaman ini.
Hanya ada dua kemungkinan.
Jika esok masih kau temukan aksara ini menuliskan tentangmu, rasa itu masih bertahan walaupun sudah ku bunuh berkali-kali. Tertatih untuk bangkit dan menyembuhkan diri.
Jika esok tidak kau temukan aksara ini menuliskan tentangmu, rasa itu telah mati dan ku kubur dalam-dalam seperti masa lalu.

Berbahagialah, mencintailah, cintai dia yang tidak mencintaimu.
Cintai wanita itu setulusnya.
Jangan bunuh rasamu, hal itu hanya dilakukan oleh idiot putus asa sepertiku.
Dan aku tahu, kamu bukan idiot dan kamu juga tidak memiliki kata atau rasa putus asa.
Aku pergi, perlahan menjauh, tidak menghiraukanmu.
Tetaplah disana, perjuangkan cintamu.
Sampai wanita itu luluh dan jatuh kepadamu.
Aku siap mengamini do'a mu disini, untuk bahagiamu.
Demi senyum paling manis yang pernah aku lihat.

Friday, September 12, 2014

Tulisan Ringan !!!

Setiap orang pasti punya yang namanya “Rasa Cinta”. Mereka mengatur semuanya dengan cara mereka yang terkesan unik. Ada yang menyimpan cintanya dengan rapih, ada yang terkesan salah gaul, misalnya aja dia obral-obral cintanya gitu. Woy, ini cinta woy. Bukan barang dagangan *krik*, ada juga yang memainkannya tanpa hati *ini kelewatan* *puter balik, gih, mas*, ada juga yang menjaganya hati-hati. Hasek! *lagi bener nih*.

Beda kepala, beda caranya. Gini, nih. Orang, kalau udah punya rasa cinta itu, cenderung mengungkapkannya, entah itu dengan terang-terangan, dengan kode-kode kecil *pramuka kali, ah*, dengan sindir-sindiran, ledek-ledekan, maupun kata-kataan, misalnya aja: Eh, ay (ayam maksudnya), ataupun gini: lagi apa beb? (bebek maksudnya). tapi nggak sedikit juga yang memakai cara dengan memendamnya, dengan menahannya *kayak orang puasa aja, gitu*, ataupun hanya diam *diam-diam nangis/mewek/nyesek sendiri* *pukpukpuk*.

Cinta; keunikan yang ada didalamnya. Aku; si pemeran utamanya. Dia; si pelengkap *pelengkap hidup maksudnya* *ciaciacia* Dalam cinta terlalu banyak hal yang tidak logis. Hanya karena cinta, seseorang bisa melakukan hal-hal di luar akal sehatnya, karena cinta, setiap orang bisa merubah kebiasaannya dan hanya karena cinta, setiap orang bisa merubah pandangan hidupnya menuju masa depan *haseeekk*

Dulu, waktu gue masih kelas 1 SMK, FYI aja sih, gue ini anak SMK dan gue bangga (Sekarang sih, baru kelas 2 *nggak ada yang nanya*). Gue sekolah di salah satu SMK Negeri dibilangan Jakarta Barat. Jurusan gue Akuntansi. Walaupun gue nggak pernah ada keinginan untuk jadi seorang akuntan. Cita-cita gue Cuma satu, jadi yang gue mau. Intinya, sih SKAHA (Sesuka Hati, tjooy). Apa yang lo mau? Yang gue mau banyak. Iya, apa aja? Nggak usah disebutin, nanti yang baca pada gumoh. *Kok jadi ngawur gini?* Oke, balik ke cerita gue....

Dulu waktu gue masih kelas 1, gue sama temen-temen, emang punya temen? *halaaaah.. berisik*  pernah buat catatan kecil gitu, sih. Banyak lah, kita tulis apa yang sedang kita rasakan dan apa yang memang ada dipikiran kita tentang cinta, pastinya.

Terus, sekarang mau ngapain? Ya mau gue share lah...

Kalau garing? atau nggak jelas? atau aneh atau nggak menarik? Ya, soal ‘judge’ sih belakangan aja deh. Toh, gue nulis bukan buat di baca sama orang yang nggak suka. Nggak suka? Tinggalin aja blog gue, gue nggak pernah memaksa orang buat suka blog gue, kok.

Sip, lanjutkan. Oke...

1.       “Cinta takan sempurna tanpa rasa, cinta tak indah tanpa perbedaan, cinta tak mudah tanpa kepercayaan dan cinta tak lengkap tanpa kecemburuan. Oh iya, satu lagi, cinta nggak akan enak kalau nggak pake sambel.” Gue tahu nih siapa yang buat. Absurd banget lagian.. Siapa lagi kalau bukan gue? (DR! - @dewirahma1306) *promote* *senyum sinis*

2.       Kalau cinta ya bilang, kalau sayang juga bilang. Karena mencintai tanpa dicintai itu menyakitkan! *pake emot gini :/* *hahaahh* Kalau yang ini? Ini sih, temen gue yang agak berle gitu, alias alay. Namanya Laras (LD - @laras_wie)

3.       Jika kita berani memutuskan untuk menyukainya, maka harus berani pula untuk tersakiti karenanya. Ini keren, nih. Punya siapa? Ini punya Mprit, eh Fitri maksudnya. (FE - @champies_young)

4.       Seandainya aku bisa membaca pikiranmu, aku bisa tahu harus lanjut menyukaimu atau berhenti menyukaimu. Asik, kalau yang ini? Yang ini punya Aci. Namanya Asti tapi sering dipanggil Aci di sekolah. (AR - @AstiRisviana)

5.       Gapapa deh kalau misalnya kamu punya prinsip “seneng sama pacar, susah sama sahabat”. Tapi jangan salahkan aku kalau aku terus berharap agar kamu selalu susah. Kampret! Ini jleb banget. Punya siapa? Nih, kenalin Chaerunnisa. Sering dipanggil anis. (@aniscn)

Aslinya sih, banyak banget yang kita tulis dibuku. Tapi, berhubung jari-jari gue sudah meronta-ronta minta udahan dan mata yang nggak bisa di ajak asik lagi, yaudah sampai di sini aja dulu. Esok kita sambung lagi. Masih dengan gue yang setia menunggu dia. Lah (?)






Bonus..........


Aku teringat padamu saat ada seseorang yang mempunyai nama yang sama sepertimu. Tapi, apa kamu mengingatku saat ada orang lain yang mempunyai nama yang sama sepertiku muncul di kehidupanmu? – (Fitri Ekawati)


Karena daku hanya orang biasa yang mencintai pangeran menawan seperti anda. – (Dewi Rahmaningrum)

Saturday, August 23, 2014

"TEMAN"

Hellooo.. Ini postingan baru gue, gue terhitung baru sih sebagai blogger. Jadi, ya maaf kalau misalnya postingan gue gak jelas, jelek, garing, ngeselin, atau apapun itu.. Terserah lo. Gue gak maksa lo buat ketawa ataupun suka sama postingan gue. Tapi, inget. Lo di lahirin ke dunia bukan buat "judge" orang. Hinalah sesukamu, maka tidakkah hatimu menghitam?. Catet tuh! Buat yang suka, makasih banget. Apalah arti penulis tanpa adanya pembaca. Haasseeeek!!! Enjoy reading, guys :)

"TEMAN"

Apa yang terbayang di dalam pikiran lo saat mendengar kata "teman"? Gokil, tapi kadang keterlaluan. Kampret emang, tapi kadang pengertian. Ngeselin, tapi kadang baik. Gesrek, tapi kadang bener. Gaya, tapi kadang norak. Sok cuek, padahal perhatian banget. <-- yang ini temen apa demen? Ciyyyeee.... *tunjuk-tunjuk imut*

Banyak yang bisa kita deskripsikan tentang teman. Dia yang ada saat dia kita butuh. Dia yang selalu terpaksa dengerin curhat kita. Dia yang kadang gak pernah perduli sama apapun warna kulit kita. Dia yang selalu kepo sama masalah kita. Begitu kita ceritain, dalam waktu sekejap aja udah sampe kemana-mana sampe-sampe kura-kura aja tau. Terus akhirnya tuh kura-kura ngancem buat makan kita. "woooy, ngomongin gua lu? gua makan lu." Nggak, nggak.. kura-kuranya Kevin bukan sodaranya Sumanto kok. Tenang aja. Ya, begitulah teman. Teman juga manusia *Nyanyi* *dilempar sepatu* *ambil* *lumayan buat dijual* *dapet duit* *buat jajan* <-- Otak bisnis. Namanya juga manusia, punya mulut keceplosan, punya telinga keceplosan juga, ngedengerin omongan orang, gitu.

Temen itu, orang kedua yang bisa lu ajak gila bareng selain pacar. Oke, pernyataan barusan itu bukan buat para jomblo. Catet ya, Bukan buat para JOMBLO. Jelas gak? *gak ngaca* Iya, serius. Lo bisa ajak temen buat ketawa bareng, buat nangis bareng, buat selfie-an bareng, buat jalan bareng, asal jangan bertigaan, ntar dikira cabe-cabean/terong-terongan, buat makan bareng, dia yang bayar maksudnya. Coba lo ajak guru lo buat ketawa *padahal gak ada yang lucu*, nangis *padahal gak ada yang sedih*, selfie-an *padahal gak ada kamera*, makan bareng *padahal gak ada makanan*, terus nyuruh dia bayarin. Bisa langsung dianggap murid durhaka saat itu juga lo. Kan gak lucu.

Temen juga banyak versi-nya kok, kayak gini nih :
1. Temen yang bisa diajak gila bareng. Ini sih biasanya udah mencangkup keseluruhan sifat manusia. Temen model begini nih, yang bikin lo nambah semangat buat hidup setelah lo dapet masalah yang bejibun udah kayak cucian baju setahun.  Dia bisa diajak gila-gilaan bareng minimal buat seru-seruan lah, syukur-syukur bisa buat orang lain seneng juga. Contohnya yah, temennya Kevin, temen gue juga ada nih, sebut saja bagyo.
2. Temen yang bisa diajak apa adanya. Temen tipe begini, bisa lo ajak buat seneng, bisa juga lo ajak buat susah. Biasanya, orangnya solid banget, nyelon ae, tapi jangan sampe bikin dia sakit hati. Contohnya itu temen gue, sebut saja mawar.
3. Temen yang gak bisa diajak santai. Temen tipe begini banyak ngasih lo sifat yang positif. Minimal lo bisa ketularan gesitnya dia. Maksimal lo bisa ngalahin motor racing yang lagi jalan bareng kura-kura. Ciyeeeee... *nunjuk-nunjuk imut* "Wooooy, gua makan lu"
4. Temen yang diem. Tipe ini, lo harus hati-hati. Diem-diem dia merhatiin, diem-diem dia tahu, diem-diem dia gaul, diem-diem dia populer diluar, diem-diem dia .... dia.... *sensor* *tiba-tiba bau* *siram*. Temen yang kayak gini biasanya dia sok cuek, sok gak mau tau, padahal mah aslinya kepo tingkat dewa. Jangan didiemin balik ya, masa sama temen diem-dieman, udah kayak ABG labil lagi pacaran aje.
5. Temen yang gak bisa diajak ngapa-ngapain. Tipe ini sih biasanya kolot, norak, alay, malu-maluin. Udah kayak Pak RT salah gaul, terus garing gitu. Satu kata buat lo yang punya temen kayak gini. "SABAR.."

Sebenernya banyak banget temen Tipe-tipe temen selain yang gua sebutin tadi. Tapi gak usah kebanyakan teori lah, ntar gumoh terus nyalahin tukang bajigur, terus nanti nyalahin kura-kura lagi. "woooy, ngomongin gua lu? gua makan lu." tuh kan, kura-kuranya dateng lagi. Oke, bye! ^^





Bonus.....
*Penampakan kura-kura Kevin yang dari tadi ngomong mulu

Monday, January 20, 2014

Pemanis Hidup


Pernahkah merasa sendiri dalam kerumunan orang?
Pernahkah merasa sepi ditengah keramaian?
Pernahkah merasa nyaman ditengah kedinginan?
Aku pernah.. Sampai hatiku mati dan beku dalam semua itu.

Bagaimana bisa? Ya, semua lingkungan itu mengubah aku.
Entah apa jadinya kalau aku benar-benar sendiri. Untungnya, aku hanya 'merasa' sendiri dan tidak pernah benar-benar sendiri.
Aku sadar, aku punya TUHAN.
Setidaknya, aku masih mempunyai Tuhan yang menyelamatkanku dalam kesepian.

Hidup tak melulu soal cinta, tak melulu soal ingkar, tak melulu soal masalah. Hidup hanya soal perjalanan. Untuk apa kita memikirkan hal besar, yang tak selalu jadi utamanya? Bukankah hal kecil yang menjadi pemanis itu pun bisa menjadi bagian utama dalam hidup.

Tahukah kamu, pemanis yang aku maksud itu? Teman... aku kasih tahu ya.. pemanis itu kamu. Bagian yang bukan utamanya, tapi selalu menarik untuk dibicarakan. Seperti yang aku bicarakan diatas, hal yang besar tak selalu menjadi utamanya. Kamu tahu utama yang aku maksud? Utama itu adalah keluarga. Keluarga pun bisa retak, hancur, bahkan tanpa sisa.

Banyak diluar sana orang-orang yang gagal dalam membina keluarganya. Tapi bagi mereka yang pintar, mereka akan membuat pemanis itu, sebagai bahan pelengkap utamanya. Itulah cara mereka hidup dalam setiap detik, urutan abjad, dan dentang waktu per jam nya.

Hai!

Seperti pretitle di atas, aku mau nulis, basing (red: terserah), suka-suka aku. Setelah kurang lebih tiga tahun dari tulisan terakhir yang a...