Sunday, February 14, 2016

Mengapa seseorang lebih bertahan kepada seseorang yang tidak pernah mencintainya?

Aku, masih disini menghuni ruang kosong yang aku sebut dengan "kelak".
Aku, masih setia kepada Tuan penyuka puisi dan aksara-aksara diatas putih.
Aku, masih mengamini semua bahagiamu meskipun itu bukan aku.
Aku, tak apa tidak pernah kau tengok disini.

Ah, mencintai seseorang yang tidak pernah mencintaiku.
Selalu seperti itu, sampai nanti aku lelah dan mengubur rasaku, barulah Tuhan mendatangkan kamu lagi dalam kehidupanku, saat aku sudah tidak sama sekali memiliki rasa untukmu.
Selucu itu Tuhan mempermainkan rasaku.
Aku nyaris tidak mengerti, apakah Tuhan selalu seperti ini kepada hambanya?

Aksara, aku lelah mencintai.
Aku ingin berhenti, menutup hati, kepada siapapun nanti.
Karna hasilnya juga akan nihil.
Aku ingin sekali menghapus semua cinta yang aku punya.
Tapi kau tahu, cinta itu anugrah, tak semua manusia memiliki cinta, ada beberapa hambanya yang tidak memiliki rasa itu.
Dan aku tak pernah bisa menghapuskannya.
Aku tersiksa, aku sekarat dalam cinta yang aku buat kepada insan.

Kepada kamu, Tuan pecinta puisi dan warna darah.
Maaf telah lancang mencintaimu.
Maaf telah lancang menuliskanmu.
Maaf telah lancang bahkan selalu lancang menertawakanmu.
Bukan itu maksudku, maksudku adalah tertawa bersamamu, bukan menertawakanmu.
Tapi aku cukup wajar dengan arti itu, aku hanya perempuan asing yang tiba-tiba datang menyapamu, basa-basi mencari bahan obrolan denganmu, hingga mencari perhatian darimu.
Ah, entahlah, idiot ini sedang jatuh cinta, namun tidak tahu cara menunjukkannya agar dirimu paham.
Bahwa aku disini "jatuh", menyisakan cairan berwarna merah segar kerana mengejarmu yang selalu berlari, gemar menjauh dan meninggalkan aku sendiri terpuruk bersama aksara-aksara ini.
Semua ini adalah tentangmu. Kecuali beberapa yang tidak ada kata Tuan dan tentang Cinta ku untukmu.
Tuan yang membuatku melupakan masa lalu, bahkan setelah masa lalu itu datang kembali dan memberiku beberapa cinta, aku masih belum bisa meninggalkanmu.
Terimakasihku akan sangat besar ku rasa, karna dirimu yang telah membuatku lupa bahwa aku memiliki masa lalu.
Bahkan demi dirimu, aku rela meninggalkannya.
Tapi apa yang ku dapat? Tidak. Aku tidak mendapatkan apa apa.
Dan aku tersadar bahwa idiot ini sudah salah menilai dirimu, kamu bahkan menjauh Tuan. Kamu bahkan tak melirikku lagi. Apa aku selalu terlihat menjijikan dimatamu?
Ketahuilah, aku tidak bercanda.
Aku jujur.
Aku mencintaimu.

Entah harus aku apakan rasa ini, ku biarkan tumbuh tanpa alasan atau harus aku bunuh kemudian ku kuburkan seperti dulu pernah aku lakukan kepada masa lalu.
Kali ini aksara ini akan panjang ku rasa.
Mungkin ini adalah kali terakhir aku menuliskanmu, dan menuliskan seseorang dalan halaman ini.
Hanya ada dua kemungkinan.
Jika esok masih kau temukan aksara ini menuliskan tentangmu, rasa itu masih bertahan walaupun sudah ku bunuh berkali-kali. Tertatih untuk bangkit dan menyembuhkan diri.
Jika esok tidak kau temukan aksara ini menuliskan tentangmu, rasa itu telah mati dan ku kubur dalam-dalam seperti masa lalu.

Berbahagialah, mencintailah, cintai dia yang tidak mencintaimu.
Cintai wanita itu setulusnya.
Jangan bunuh rasamu, hal itu hanya dilakukan oleh idiot putus asa sepertiku.
Dan aku tahu, kamu bukan idiot dan kamu juga tidak memiliki kata atau rasa putus asa.
Aku pergi, perlahan menjauh, tidak menghiraukanmu.
Tetaplah disana, perjuangkan cintamu.
Sampai wanita itu luluh dan jatuh kepadamu.
Aku siap mengamini do'a mu disini, untuk bahagiamu.
Demi senyum paling manis yang pernah aku lihat.

No comments:

Post a Comment

Hai!

Seperti pretitle di atas, aku mau nulis, basing (red: terserah), suka-suka aku. Setelah kurang lebih tiga tahun dari tulisan terakhir yang a...